Monday 4 November 2013

Mentiko Bertuah (Nanggroe Aceh Darussalam)

             Pada zaman dahulu di negeri Simeulue, hiduplah seorang raja. Ia memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Rohib. Mereka terlalu memanjakannya, sehingga Rohib tumbuh menjadi anak yang manja. Setelah menginjak usia remaja, raja mengirimnya untuk belajar di kota. Rupanya, sifat manjanya terbawa juga ke tempatnya belajar. Suatu hari, Rohib pulang sebelum masa belajarnya berakhir. Tentu saja, ayahnya sangat marah. "Hai, Rohib! Mana hasilnya kamu belajar disana? Sungguh anak tak tahu diuntung! Pengawal, gantung anak ini sampai mati!" Perintah sang Raja. "Jangan, Kanda! Bagaimana kalau kita suruh ia keluar dari istana ini? Tetapi dengan memberinya uang sebagai modal untuk berdagang," usul sang permaisuri.
            "Hmm, baiklah, Dinda!" jawab sang Raja. "Bagaimana pendapatmu, Anakku?" tanya permaisuri kepada Rohib. "Baiklah! Terima kasih, Bunda!" jawab Rohib. Tidak lama berselang, Rohib berpamitan kepada orang tuanya. Ia pergi dari satu kampung ke kampung lainnya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan anak-anak yang sedang menembak burung dengan ketapel. "Wahai, saudaraku! Kalian jangan menganiaya burung itu!" tegur si Rohib.                   "Hei, kamu siapa? Berani-beraninya kamu melarang kami," hardik salah seorang dari anak-anak itu. "Jika kalian berhenti menembaki burung itu, aku akan memberi kalian uang," tawar Rohib. Tawaran Rohib diterima anak-anak itu. Kemudian Rohib melanjutkan perjalanannya. Demikian seterusnya, ia selalu memberi uang kepada orang-orang yang menganiaya binatang. Tanpa disadarinya, uang untuk modal berdagangnya sudah habis. Karena perjalanan yang sangat melelahkan, Rohib segera beristirahat di bawah pohon. Tiba-tiba seekor ular besar mendekatinya. Rohib sangat ketakutan.
            "Jangan takut, Anak muda! Aku adalah Raja Ular di hutan ini" kata ular itu. "Kamu sendiri siapa? Kenapa kamu bersedih?" tanya ular itu.
"Namaku Rohib," jawab Rohib. "Benda ini namanya Mentiko Betuah. Apa pun yang kau minta, pasti akan dikabulkan," jelas ular itu, lalu pergi meninggalkan si Rohib. "Wah, benda ini bisa menolongku dari kemurkaan ayah," gumam Rohib. Berbekal Mentiko Betuah itu, Rohib kembali ke istana, Sebelumnya, ia memohon kepada Mentiko Betuah itu agar memberinya uang yang banyak. Tibalah Rohib di istana. Ayahnya merasa senang karena Rohib membawa uang yang banyak. 
              Selanjutnya, Rohib membawa Mentiko Bertuah kepada tukang emas untuk dijadikan cincin. Ternyata tukang emas itu membawa kabur benda tersebut. Rohib pun meminta bantuan kepada sahabatnya, yaitu Tikut, Kucing, dan Anjing. Sang Anjing berhasil menemukan jejak si tukang emas. Ketika si tukang emas tengah tertidur, si Kucing memasukkan ekornya ke lubang hidungnya. Akibatnya tukang emas itu bersin, sehingga Mentiko Betuah terlempar dari mulutnya. Pada saat yang bersamaan, si Tikus segera mengambil benda itu. Namun, si Tikus menipu kedua temannya bahwa Mentiko Betuah terjatuh ke dalam sungai. Kedua temannya pun panik dan segera mencarinya ke dasar sungai, sedangkan si Tikus segera memberikan Mentiko Betuah kepada Rohib.
              Ketika Si Kucing dan Anjing menghadap Rohib, mereka merasa sangat terkejut bahwa Mentiko Betuah itu sudah kembali ke Rohib. Rupanya perilaku licik Tikus segera tercium oleh Kucing dan Anjing. Keduanya marah besar terhadap perbuatan curang Tikus. Sejak saat itulah Anjing dan Kucing membenci Tikus sampai saat ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

PESAN MORAL
Manusia adalah makhluk sosial, maka perlu sikap tolong menolong. 
Pesan moral lainnya adalah akibat buruk bila terlalu memaniakan anak dan setiap perbuatan pasti ada balasannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mentiko Bertuah (Nanggroe Aceh Darussalam) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Jason Fernando

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Sobat Kita Semuanya
Semoga Posting Disini Bermanfaat Bagi Anda